Breaking News

Pembiakan dan Penyebaran Nyamuk Wolbachia Yang Menimbulkan Pertanyaan dan Kecemasan Masyarakat

SULSEL.JEJAKKASUS.ID
Nyamuk Wolbachia adalah inovasi yang dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedess aegupti yang menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga virus dengue tidak akan menular. Karena itu upaya untuk memanfaatkan nyamuk Wolbachia hendak dikembangkan - sebagai salah satu genus bakteri  yang dapat hidup sebagai parasit pada hewan antropoda. Konon ceritanya, infeksi Wolbachia pada hewan akan menyebabkan partenogenesis (perkembangan sel telur yang tidak dibuahi) membuat kematian pada hewan jantan dan terjadinya feminisasi (peribahan serangga jantan menjadi betina).

Genus nyamuk ini pertama diindentifikasi pada tahun 1924 oleh Marsall Hertig dan Simeon Burt Eolbach dari nyamuk Culex Pipiens. Mereka berhasil mendiskripsikan pada tahun 1936 sebagai organisme pleomorfik dengan nama generik dan spesifik : Wolbachia Pipientis.

Pada tahun 1971 Janice Yen dan A. Ralph Barr dari UCLA menemukan telur nyamuk Vulex dibunuh oleh ketidakcocokan sitoplasma ketika sperma nyamuk kaki-laki yang terinfeksi Wolbachia membuahu telur yang bebas infeksi. Karena evolusionernya yang berbeda dan berpotensi menjadi agen biokontrol.

Apresiasi pihak Universitas Gajah Mada pada tim peneliti World Masquito Program (WMP) mendapat pengakuan dengan masuknya peneliti utama Prof. dr. Adi Utarini., MSc., MPH, ph.D dalam daftar 100 orang paling berprngaruh pada tahun 2021 versi Majalah Times. Guru Besar UGM ini memimpin Tim Peneliti Teknologi Wolbachia untuk pengendaluan dengue di Yogakarta.

Pada giliran berikutnya Prof. Scott O'Nill berhasil mengisolasi Wolbachia dari Drosophila Melanogaster (lalat buah) ke dalam telur nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan utamanya untuk melindungi komumitas global dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.

Wilayah operasional WMP meliputi 11 negara, termasuk Indonesia. Dan menurut Riris Andono Ahmad, M.P.H., Ph.D, seorang peneliti pendamping WMP Yogyakarta, pengembangan teknologi Wolbachia telah dimulai sejak tahun 2011. Pada fase awal penelitian dilakukan untuk memastikan keamanan Wolbachia dengan pelepasan nyamuk di area yang terbatas. Hasil uji efikasi Wolbachia cukup efektif menurunkan 77 % kasus dengue dan menurunkan 86 % kasus dengue yang dirawat di rumah sakit, kata Dokter Donnie.

Wolbachia dalam Aedes Aegypti bekerja dengan menghambat perkembangan virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga saat nyamuk menggigit manusia tidak terjadi transmisi virus. Hasil penelitian ini katanya sudah dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine dan teknologinya sudah direview dalam pertemuan ke-13 WHO Vector Control Advisiry Group pada 7-10 Desember 2020.

Bill Gates Lepas Nyamuk Wolbachia di Yogyakarta (detikEdu, Selasa, 23 Agustus 2022). Keterlibatan Yayasan Bill & Melinda Gates Foundation menjadi pendukung riset global yang dilakukan WMP.  Memang kasus DBD di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2021 sebanyak 73.518 kasus dengan angka kematian 705 orang. Tahun 2022 sebanyak 131.265 kasus dengan angka kematian 1.183 orang. Pada periode Januari - Juli 2023 sebanyak 42.690 orang terinfeksi DBD dan 317 orang meninggal.

Korban DBD yang cenderung terus meningkat di Indonesia ini, sesungguhnya dapat terus diupayakan dengan cara meningkatkan kebersihan lingkungan, penyemprotan secara konvensional maupun dengan cara pengasapan. Sebab untuk menunggu hasil pengembangan pembiakan nyamuk Wolbachia yang belum pasti itu, justru bisa membiarkan banyaknya korban yang berjatuhan akibat DBD yang juga meningkat kuantitas mungkin juga kualitasnya. Kecuali itu, dalam pembiakan dan penyebaran (uji coba) nyamuk Wolbachia, tidak juga dijelaskan bagaimana akibatnya bila nyamuk yang diujicobakan itu -- Wolbachia-- justru menyengat langsung tubuh manusia. Lantas apa pula dampaknya bagi lingkungan alam serta binatang lain yang juga bisa memangsanya sebagai santapan.

Inti pokok dari pertanyaan yang menimbulkan kecemasan warga masyarakat itu diantaranya yang utama adalah akibat dari sengatan nyamuk yang rekayasa itu terhadap tubuh manusia. Lalu apa dampaknya terhadap lingkungan alam dan flora serta fauna yang ada. Seperti apa akibat dari seekor cecak yang telah memangsa nyamuk Wolbachia itu terhadap pertumbuhan fisik serta perkembang biakan cecak itu selanjutnya. Pertanyaan serupa ini penting dalam untuk lebih meyakinkan warga masyarakat tidak menempati habitat kelinci percobaan hanya demi pengembangan ilmu dan pengetahuan  yang mengabaikan manusia dan lingkungan.(Jacob Ereste/A.Rafiuddin)

Iklan Disini

Type and hit Enter to search

Close